jump to navigation

Drainase Penampung Sampah Oktober 8, 2010

Posted by indra kh in Environment, Lembang, lingkungan.
Tags: , , ,
trackback

Dulu saya sering mendengar lelucon, katanya jika Lembang diterjang banjir bandang maka Kota Bandung pasti sudah jadi danau lagi. Dan kini banjir itu benar-benar terjadi. Untungnya, yang terjadi hanyalah banjir lokal, sehingga Bandung tidak tenggelam :). Itulah orang Indonesia, meskipun banjir masih bilang “untung.”

Pada kondisi cuaca ekstrim seperti yang terjadi belakangan ini beberapa kali saya lihat pusat kota Lembang disergap banjir. Kendati banjir hanya mampir di beberapa lokasi namun dampaknya cukup terasa. Banjir cileungcang setinggi 30 cm menimbulkan kemacetan, banyak mobil dan motor yang mogok, dan menghambat banyak aktivitas. Lokasi banjir terparah yang saya lihat terjadi di sekitar Pasar Panorama dan kawasan Mandarin.

 

"Banjir di Kota Lembang (photo Aki Niaki: (dongengsiaki.wordpress.com)

 

Saya sempat berpikir apa sih yang salah dengan desain drainasenya, sehingga pusat kota Lembang yang kecil  bisa kesulitan untuk menangani air permukaan pada saat hujan. Apakah karena intensitas hujan yang terjadi benar-benar tinggi, atau karena salah perhitungan waktu konsentrasi air hujan (waktu yang diperlukan air untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran ke titik pembuangan), sehingga menyebabkan ada kekeliruan dalam perhitungan desain drainase?

Kamis kemarin (7/10) pertanyaan saya itu akhirnya terjawab. Ternyata penyebabnya adalah sampah!! Lihat saja foto gunungan sampah yang berhasil dikeruk dari saluran drainase di sekitar Pasar Panorama, Lembang. Kalau sudah begitu desain saluran sebaik apapun akan sulit untuk menampung air hujan, karena luas penampangnya menjadi berkurang akibat sampah. Percuma saja dilakukan penghitungan intensitas hujan, waktu konsentrasi, debit, dan koefisien pengaliran dengan benar kalau saluran drainase pada akhirnya menjadi tempat penampungan sampah.

 

Gunungan sampah yang berhasil dikeruk dari drainase (photo: indra kh/2010)

 

Mungkin ada orang yang berpikir tak mengapa membuang sampah di jalan, toh hanya sedikit. Tapi jika banyak orang punya pikiran yang sama maka sampah yang dibuang di jalan akan menjadi sangat banyak, dan bisa menimbulkan banjir. Oleh karena itu saya sering sebal jika melihat ada orang dengan seenaknya membuang sampah dari kaca mobil. Sungguh disayangkan, punya mobil bagus-bagus tapi tidak tahu cara membuang sampah yang benar. Saran saya jika diantara Anda masih ada yang melakukannya, cobalah untuk mengubah kebiasaan itu. Jika anak Anda masih ada yang melakukannya, cobalah untuk mengajari mereka cara membuang sampah yang benar. Kasihan saja, mungkin bukan kita yang akan mengalami banjir, tapi justru akibat sampah yang kita buang itulah orang lain menjadi rugi karena tempatnya jadi kebanjiran.

Komentar»

1. abenk - Oktober 8, 2010

nice post….salam kenal….

indra kh - Desember 1, 2010

Salam kenal kembali. Trims sudah mampir.

2. Yari N K - Oktober 8, 2010

Kesadaran orang Indonesia untuk membuang sampah pada tempatnya memang harus ditingkatkan. Tapi terkadang memang agak kesel, jikalau kita ingin membuang sampah di jalan, pembuangan sampah tidak tersedia atau seperti di taman, banyak tempat sampah yang tidak terpelihara sampai bolong dasarnya. Pernah, di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, saya kebingungan cari tempat sampah, biasanya tempat sampah ada di dekat eskalator, eh ini kok nggak ada, akhirnya untuk sementara sampah dimasukkan di kantong celana dulu!

indra kh - Desember 1, 2010

hehe, sama pak. Akhirnya saku jadi tempat sampah sementara (kalau bukan sampah basah).

3. toko online - Oktober 9, 2010

dari dulu terjadinya banjir di Indonesia juga disebabkan karena sampah yang menggunung, penanganan dari pemerintah saja tidak cukup harus ada kesadaran dari masyarakat.

indra kh - Desember 1, 2010

Harus mulai dari lingkungan keluarga masing2.

4. almascatie - Oktober 17, 2010

persiapkan generasi berikutnya… bukan sekarang tapi nanti mereka yang rasakan,

indra kh - Desember 1, 2010

Kalau perlu masuk kurikulum: bagaimana cara membuang sampah yang benar

5. ramlannarie - Oktober 26, 2010

salam kenal, kunjungan balik ditunggu

indra kh - Desember 1, 2010

salam kenal kembali. Meluncurrrr 🙂

6. semendo - November 1, 2010

Indonesia memang aneh, belajar Pramuka ke Afrika Selatan. Kenapa kagak belajar drainase saja ke belanda atau Venesia???

indra kh - Desember 1, 2010

Malah studi banding yang tidak perlu ya

7. Deq Hamasah - November 24, 2010

Uho~ Uho~ lagi-lagi masalah drainase 😦 gitu akibatnya kalo profesi “ilmuwan” ga terlalu di pandang, coba deh orang-orang berprofesi kaya gitu dijamin kehidupannya dan dimanfaatkan, Insyaallah ilmu mereka dpt dimanfaatkan kita secara langsung :)Salam kenal deh

indra kh - Desember 1, 2010

Padahal fungsi drainase sangat penting untuk sebuah kota. Salam kenal juga.


Tinggalkan Balasan ke indra kh Batalkan balasan