jump to navigation

Kebutuhan Fasilitas Cetak Tiket KA yang Ramah Lansia Juni 9, 2014

Posted by indra kh in Budaya, hidup, lansia.
Tags: , ,
trackback

PT Kereta Api Indonesia (KAI) beberapa waktu lalu telah meluncurkan sistem Cetak Tiket Mandiri (CTM) di sejumlah stasiun, untuk mengurangi antrean calon penumpang di loket. Inovasi ini menurut saya sangat bagus karena memberikan kemudahan bagi calon penumpang, apalagi sebelumnya KAI juga sudah memiliki fasilitas pemesanan/pembelian tiket secara online.

Cetak Tiket Mandiri di Stasiun Gambir

Cetak Tiket Mandiri di Stasiun Gambir

Awalnya saya menduga semua orang pun memiliki penilaian yang sama, merasa dimudahkan dengan adanya pelayanan tiket dengan bantuan teknologi tersebut, namun ternyata dugaan saya salah, karena bagi sebagian lansia fasilitas pemesanan online dan cetak tiket mandiri KAI itu cukup merepotkan mereka.

Pekan lalu saya sempat berbincang-bincang dengan seorang bapak – mungkin lebih tepat disebut kakek – di masjid yang berada di lingkungan Stasiun Bandung. Jika melihat perawakannya, sang kakek ditaksir berusia lebih kurang 70 tahunan. Dalam obrolan tersebut dia mengeluhkan tentang cara pembelian tiket kereta api yang ada saat ini. Pembelian secara online, menurutnya menurunkan peluangnya untuk mendapatkan tiket dan posisi kursi yang diinginkan. Sang kakek ini lebih menyukai cara pembelian dengan cara mengantre.

Hal lainnya yang dia keluhkan adalah fasilitas cetak tiket mandiri. “Saya ini sudah tua, tidak ngerti cara komputer semacam itu,” ujarnya. Sudah begitu petugas yang ada di sana hanya menyuruh: “Masukkan kode bookingnya pak, lalu print!,” tambahnya. “Lahh….tiketnya saja saya minta tolong dibelikan sama cucu saya, sekarang dia enggak bisa nganter lagi, mana bisa saya mesti cetak tiket begitu” katanya lagi.  Cara lama menurutnya lebih mudah, tinggal pesan, bayar, lalu tiket sudah siap di tangan.

***

Sang kakek ini ada benarnya juga. Bagi kita yang paham teknologi, cara pemesanan secara online dan cetak tiket mandiri yang diberikan oleh KAI mungkin tidak ada masalah, malah sangat memudahkan, namun bagi orang yang tidak paham, cara semacam ini ternyata bisa menyulitkan mereka.

Mungkin salah satu solusinya KAI bisa menyediakan jalur/loket khusus yang memberikan pelayanan bagi para lansia. Dilengkapi kursi – atau ruang tunggu khusus lansia – dan petugas customer service yang memiliki kesabaran dalam melayani. Calon penumpang lansia ini bisa memesan tiket langsung di loket tersebut, atau cukup memberikan bukti bookingnya, dan selanjutnya dicetak oleh petugas.

***

Sang kakek yang mengaku pensiunan ini kepada saya sempat mengkhawatirkan pula tentang kehadiran sistem online bagi calon penumpang kereta api akan menghilangkan diskon tiket yang biasanya diberikan kepada kalangan lansia, veteran, TNI/POLRI, wartawan dan Korpri. Mendengar komentarnya, saat itu saya berani berkomentar banyak karena belum meyakini kebenaran informasi dari kakek tersebut.

Setelah saya telusuri dugaan sang kakek ini tidak benar, karena KAI masih tetap akan memberlakukan tiket reduksi bagi lansia, veteran, TNI/POLRI, wartawan dan Korpri. Per 15 Agutus mendatang KAI tidak akan melayani lagi pemesanan tiket di loket stasiun, karena loket di stasiun hanya akan digunakan bagi calon penumpang yang akan membeli tiket langsung (go show), dan pelayanan tiket reduksi tersebut. Mungkin sang kakek hanya mendengar isyu saja terkait penghilangan diskon tersebut.

***

Penggunaan teknologi memang bisa memudahkan bagi sebagian orang, namun terkadang menyulitkan bagi sebagian lainnya. Teknologi yang ramah lansia – dan ramah difabel – tentunya jadi harapan semua, termasuk bagi pelayanan dari KAI.

Komentar»

1. za - Juni 9, 2014

Saat kita nanti memasuki usia lansia, apakah kita masih bisa beradaptasi dengan teknologi baru? :B

Dengan rentang keragaman pengguna yang banyak, memang tak mudah mengakomodasi semua keinginan. Dari bahan bacaan yang saya baca, di luar negeri konsep keberagaman sangat dihargai. Sementara di sini yang saya lihat justru kita dituntut untuk seragam. Yang di luar mayoritas, dianggap tak normal.

indra kh - Juni 12, 2014

Iya juga, jangan-jangan kita nanti jadi gaptek dibandingkan anak cucu 🙂

2. Arumsekartaji - Juni 9, 2014

Semoga ini menjadi masukan PT KAI agar fasilitas kemudahan bagi lansia dalam memesan tiket mendapat pelayanan yang baik dari customer service PT KAI.

indra kh - Juni 12, 2014

Semoga. Trims sudah mampir 🙂

3. Yudhi Hendro - Juni 12, 2014

ide dan masukan yv bagus, kang. para lansia yg akan memesan atau mencetak tiket KA memang perlu didampingi petugas PT KAI. ini merupakan salah satu bentuk pelayanan PT KAI bagi para pelanggan setianya

indra kh - Juni 12, 2014

Betul mas, bisa jadi kalangan lansia ini sudah menggunakan jasa KA lama sekali, jadi sudah sepantasnya kebutuhan mereka juga diperhatikan.

4. tonitan2013 - Januari 20, 2015

pake barcode aja lah tuan2 yang empunya kereta api, jangan ente cuma tahu untung saja

5. Kang Gino - Mei 17, 2015

Kekhawatiran sang kakek benar adannya, kecuali pihak PT KAI mau sedikit merubah system pada aplikasi pemesanan tiket secara online, karena pada dasarnya setiap pemesanan tiket kan harus mencantumkan no KTP. Nah dari no KTP itulah diketahui tgl bln thn lahirnya, dan mestinya komputer sdh bisa membaca kalau pemesan adalah lansia atau bukan dsn otomatis akan menentukan rp yg hrs dibayarkan. Kecuali memang tujuan system online salah satunnya juga untuk mengurangi beban pemberian diskon atau reduksi
mudah2an tidak lah.


Tinggalkan komentar