jump to navigation

Era Baru Jual Beli Musik Indie April 7, 2016

Posted by indra kh in Budaya, music.
Tags: , ,
trackback

era baru jual beli musikIndependent music atau sering disingkat sebagai indie music atau indie adalah musik yang diproduksi secara bebas, mandiri, tanpa tergantung kepada label rekaman. Proses berkarya dalam musik yang dilakukan secara otonom. Pemusik atau penyanyi indie bebas berkreasi dalam memilih genre musik. Tidak jarang jenis lagu-lagu yang diciptakan berbeda jauh dengan yang sedang ngetrend di pasaran. Bermusik secara indie tidak ada paksaan tenggat waktu untuk menyelesaikan album, serta tidak ada tekanan dari perusahan label untuk mencapai jumlah penjualan tertentu.

Dalam sejarah musik, The Velvet Underground sering disebut-sebut sebagai pionir dalam musik indie, meskipun sebenarnya The Byrds-lah yang mengawali karir bermusiknya secara indie. Di tahun 60-an Lou Reed dkk dinilai mampu memberikan “pesan” yang berbeda pada setiap lagu yang dinyanyikan. Dibandingkan dengan lagu-lagu yang sedang nge-hit di Amerika keluaran label rekaman terkemuka saat itu, karya The Velvet seperti melawan arus. Tempo pada lagu-lagu The Velvet Underground dibuat cepat ke lambat, melodinya pun dibuat bervariasi. Latar belakang beberapa personel yang pernah bermain musik klasik sedikit banyak mempengaruhi hal tersebut. Pemilihan lirik pun mengambil yang anti mainstream. Singkatnya, mereka menyanyikan tentang segala sesuatu yang orang lain tidak lakukan.
Di Indonesia pada tahun 70-an jalur indie ditempuh oleh Guruh Soekarnoputra yang berkolaborasi dengan grup musik Gipsy ketika membuat album berjudul Guruh Gipsy. Cara penjualan kasetnya tidak lazim. Menurut Alm. Denny Sakrie ketika itu kaset Guruh Gipsy ada yang dititip jual di sekolahan, pinggir jalan, bahkan ada yang dititip di Apotik. Album tersebut dicetak sebanyak 5000 keping kaset yang hanya dijual dengan scrapbook atau bookletnya yang terdiri sekitar 25 halaman. Harganya bahkan lebih mahal dibanding harga kaseti di Indonesia saat itu. Denny Sakrie mengaku membeli kaset Guruh Gipsy di sebuah sekolah musik seharga Rp 1250, sementara pasaran harga kaset di Indonesia ketika itu ada di kisaran Rp 700 s/d Rp 800.

Pada era 90-an di Bandung ada PAS Band yang juga memulai karirbermusiknya lewat jalur indie, meskipun kemudian mereka akhirnya berhasil digandeng oleh perusahan label rekaman ternama. Saat merilis mini album berjudul “Four Through The Sap” Pas Band memilih jalur indie label melalui SAP Music Management, dan dalam waktu 3 bulan terjual lebih dari 10.000 copy. Peranan Radio GMR yang jadi saluran idola anak muda saat itu dalam menikmati genre musik rock bisa jadi berpengaruh besar dalam mendongkrak penjualan Pas Band secara indie. Acara pentas musik di kampus-kampus atau di GOR Saparua yang sering diadakan di zaman menjadi promosi yang efektif bagi band tersebut dalam menjaring penggemarnya. Saya pun termasuk orang yang sering menonton pertunjukan musik mereka atau ikut nongkrong di Jl. Dr Hata no 15, tempat dimana radio GMR berada.

Jalan yang ditempuh oleh PAS Band kemudian menjadi inspirasi dan banyak diikuti oleh penyanyi atau grup musik lainnya. Daripada menunggu kepastian datangnya tawaran dari perusahan label, memilih jalur indie adalah opsi yang mereka anggap tepat. Pure Saturday, Puppen, Mocca, Koil, White Shoes & The Couples Company adalah beberapa contoh grup band yang mengawalinya secara indie.

***

Kini di era informasi, kemunculan musik indie akan semakin sulit dibendung. Sekarang setiap orang bisa menjadi musisi. Mau mengaku sebagai profesional atau pun amatir. Setiap orang bisa menjadi penyanyi. Keberadaan youtube, lalu sosial media semacam facebook atau twitter, blog, dan website penyedia distribusi audio online (contohnya soundcloud) memudahkan orang untuk memproduksi lagunya sendiri. Sederhananya, jika ingin menjual lagunya mereka bisa memanfaatkan fasilitas yang ada pada layanan-layanan tersebut, misalnya melalui form komentar untuk bertransaksi dengan peminat lagu mereka.

Selain itu penyedia layanan yang khusus menjual lagu terutama yang berasal dari label rekaman juga semakin marak, dengan berbagai macam cara transaksi. Namun sayangnya belum banyak penyedia layanan penjualan lagu yang hanya menjual lagu indie lokal.

Kehadiran INSAN MUSIC STORE dari Insan Infonesia diharapkan bisa membawa angin segar bagi semua orang Indonesia yang ingin menjadi penyanyi atau pemusik dan berniat menjual lagunya untuk dikonsumsi publik. Hingga kini tercatat ada 290 lagu dari 70 artis musik yang bergabung di Toko Insan Music (https://toko.insanmusic.com/). Mereka berasal dari berbagai genre. Blues, Jazz, Hip Hop, Rock, Religious, Pop, Metalcore, Alternative, Dance, Rock n’ Roll, Ska, Punk, Ambient, Soft Rock, Dangdut adalah aliran musik yang ditawarkan oleh para artis dan band di website tersebut.

Bagi konsumen, cara pembeliannya juga relatif mudah. Peminat musik tinggal memilih lagu yang akan dibeli, dengan terlebih dulu mendengarkan cuplikannya. Jika tertarik, tinggal membeli dan bertransaksi dengan menggunakan Mandiri e-Cash. Harga setiap lagu adalah lima ribu rupiah.

launching insan music

Hari Sabtu (9/4) ini, INSAN MUSIC STORE akan diluncurkan secara resmi. Kehadirannya diharapkan bisa menjadi jalan alternatif bagi para musisi ataupun penyanyi lokal khususnya yang ingin memulai karir bermusik lewat jalur indie untuk mendistribusikan lagunya. Toko online Insan Music akan menjadi era baru jual beli musik indie.

Semoga musik Indonesia semakin maju!

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar