Ngabuburit & Ngabeubeurang dengan Delman Juli 1, 2014
Posted by indra kh in Budaya, Bulan Puasa, ramadhan.Tags: budaya, bulan puasa, delman, ngabeubeurang, ngabuburit, ramadhan, transportasi
trackback
Melihat delman melintasi Jalan Merdeka, sekitar balaikota, di hari kerja bukanlah pemandangan yang biasa. Di setopan Tegalega bahkan menemukan lagi kereta kuda yang lainnya. Dipenuhi dengan penumpang bocah, beberapa diantara mereka sempat-sempatnya bergaya sambil tertawa saat istri saya terlihat membidikkan kamera ke arah mereka. Anak-anak ini terlihat ceria, “ngabeubeurang” dengan cara naik delman, keliling Tegalega.
Seusai mengantarkan istri tercinta ke tempat kerja, saya kemudian memilih Jalan Bojongloa untuk jalan pintas. Tanpa disangka di sekitar makam Astanaanyar menemukan delman lagi. Kali ini jumlahnya ada dua. Sekumpulan bocah terlihat berlomba untuk menaiki kedua delman tersebut. Oh…mungkin delman yang saya lihat di Tegalega tadi juga asalnya dari tempat ini.
Musim marema ternyata bukan hanya milik para pedagang saja. Kusir kuda pun mengalami hal yang sama saat bulan puasa tiba. Delman mereka laris manis ditumpangi para bocah, dan terkadang diikuti juga oleh para bunda bocah, dalam rangka ngabuburit atau ngabeubeurang. Kebiasaan mencari aktivitas untuk menunggu siang atau pun adzan maghrib di bulan puasa merupakan sesuatu yang unik di negeri ini.
Bagi bocah-bocah kota, keasyikan naik delman mungkin jarang mereka alami. Kecuali pada saat hari Minggu orang tua mereka mengajak untuk pelesiran ke taman Cilaki.
Tak seperti anak-anak Lembang yang saban hari bisa melihat delman berseliweran di jalanan sekitar Pasar Panorama. Boleh jadi sebagian kusir delman asal Lembang, Padalarang, Banjaran memindahkan area operasinya ke Kota Bandung khusus di bulan puasa.
***
Bercerita sedikit tentang delman, kereta kuda ini dibuat pertama kali oleh Ir Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur sipil irigasi yang menjadi pemborong bangunan. Deeleman datang ke Indonesia pada tahun 1845. Pemborong bangunan ini memiliki bengkel konstruksi besi (ijzerconstructie werkplaats) di pinggiran Batavia. Kereta buatan Deeleman ini kemudian dikenal orang dengan nama delman, mengikuti nama penemunya. 1)
Bahan bacaan:
1. Haryoto Kunto “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe” (1984) Penerbit PT Granesia Bandung.
wih, pasti si abang panen tuh hehe. anak-anak kecil pada berebut naik 🙂
Ngabeubeurang? Walah baru baca saya istilah ini. 😀
anak2 kelihatannya seneng sekali naik delman, kang 🙂
thanks sob untuk postingannya…
article yang menarik,saya tunggu article berikutnya yach.hehe..
maju terus dan sukses selalu…
salam kenal yach…
kunjungi blog saya ya sob,banyak tuh article2 yang seru buat dibaca..
http://chaniaj.blogspot.com/
Ternyata nama delman berasal dari nama orang, dan pernah ke Batavia, baru tahu. Jangan2 Dokar (persamaan kata: Delman) juga berasal dari nama orang Belanda?
senangnya naik delman sayang dikota saya nggak ada
wah ini benar yah? terima kasih sekali infonya. , Aba
wah ternyata nama delman di ambil dari nama penciptanya ya
ngabeuberurang aya oge nya, sugan teh ngabuburit hungkul..hehe
Ngabuburit sudah menjadi tradisi berujung Naburduit, karena faktanya memang banyak mengeluarkan uang untuk menunggu waktu berbuka, padahal alangkah baiknya sekiranya saat-saat itu dipakai untuk berdo’a. Bukankah dalam hadits dikatakan makbulnya do’a orang yang sedang berpuasa, dan makbulnya do’a pada waktu menjelang berbuka.
Duh kota kembang mah emang masih seeur nya ku delman teh, daerah majalengka mah tos jarang kang, salam kenal nya kang