Bras Basah Complex, Palasarinya Negeri Singa Desember 21, 2010
Posted by indra kh in buku, Jalan-jalan, media, my-life, seni, serbaneka, Singapura, travel and places.Tags: bras basah, buku, Jalan-jalan, singapura, toko buku
trackback
Kualitas buku atau majalah bekas di bursa buku yang ada di kawasan Bain Street ini jangan berpikiran sama kualitasnya dengan buku-buku atau majalah bekas yang dijual di Jalan Cikapundung.
Sepertinya belakangan ini saya sedang senang menulis tentang dunia buku. Jika postingan sebelumnya bercerita tentang perpustakaan dan Bursa Buku Palasari, maka kini saya akan menulis tentang Bras Basah Complex, salah satu tempat wisata buku di Singapura yang menurut saya wajib dikunjungi jika Anda datang ke sana.
Jika di Bandung ada Bursa Buku Palasari maka di Singapura ada Bras Basah Complex. Bedanya buku yang dipajang di bursa buku negeri Temasek ini lebih variatif dan menarik, plus lebih banyak yang unik. Apalagi ensiklopedinya, cukup murah. Kalau punya uang banyak dan buku-buku yang akan dibeli bisa dengan mudah dibawa ke tanah air, bisa-bisa lupa diri memborong buku.
Sebagai contoh waktu itu saya membeli Junior Ensiklopedia untuk anak setebal 400 halaman harganya hanya 11 Dollar Singapura (sekitar 75 ribu Rupiah). Ensiklopedi Rocks and Minerals juga termasuk murah, waktu itu saya membelinya seharga 15 Dollar Singapura (sekitar 102 ribu rupiah).
Apalagi untuk buku atau majalah bekas harganya lebih miring lagi. Buku-buku dan majalah komputer yang masih tergolong baru dan covernya masih bagus harganya diobral hanya 1 Dollar Singapura (sekitar 6800 Rupiah). Melihat harga seperti itu saya yakin banyak pecinta buku yang akan ngiler dot com bila berkunjung ke Bras Basah ini.
Kualitas buku atau majalah bekas di bursa buku yang ada di kawasan Bain Street ini jangan dipikir sama dengan buku-buku atau majalah bekas di Cikapundung atau Dewi Sartika, Bandung yang sudah kusam dan ketinggalan jaman. Buku dan majalah bekas yang ditawarkan Bras Basah banyak yang kualitas kertas dan covernya masih bagus-bagus dan belum terlalu lama.
Selain tertarik kepada buku-buku ensiklopedi, sebenarnya waktu itu saya juga sangat tertarik kepada beberapa buku tentang sejarah pembangunan Singapura, yang bercerita tentang bagaimana negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya dibangun. Dari mulai ketika Sang Nila Utama menemukan pulau ini, berlanjut ke pembangunan jaman Thomas Stamford Raffles hingga era Lee Kuan Yew. Karena harganya cukup mahal saya jadi urung membelinya.
Selain menjual buku-buku teks, buku anak, fiksi, komputer, sejarah, hukum, dan hukum, Bras Basah juga dikenal sebagai galeri tempat berburu buku-buku seni dan sastra. Basheer dan Cat Socrates adalah toko yang dikenal sebagai penjual barang-barang desain dan barang-barang seni atau hobi. Untuk buku-buku teks dan majalah lawas Anda bisa berkunjung ke Toko Knowledge Book Centre, sedangkan pilihan penyedia buku biografi, sejarah, dan hukum ada Book Point yang bisa dijadikan pilihan.
Bras Basah complex juga tak hanya menjual buku. Jika Anda seorang pecinta seni rupa maka toko perlengkapan seni rupa Art Friend bisa dijadikan pilihan. Toko alat musik juga ada, Swee Lee adalah yang paling populer.
Bagi para pecinta buku yang pernah berkunjung ke Bras Basah saya yakin Anda ingin mengulanginya, dan berburu buku lebih banyak lagi. Asal siap dengan risiko isi kantong yang bakal terkuras 🙂
***
Untuk menjangkau tempat ini Anda bisa menggunakan MRT. Anda bisa berjalan kaki dari stasiun City Hall MRT atau Bugis MRT.
Peta lokasi bisa dilihat di sini.
waktu ada kesempatan ke sana, hanya sempat melihat beberapa buku saja, tapi tidak bisa membelinya karena terburu-buru.
Saking buru2nya tak sempat ke Merlion juga? 😀
[…] This post was mentioned on Twitter by R. A. Natakusumah. R. A. Natakusumah said: Bras Basah Complex, Palasarinya Negeri Singa: http://t.co/wi2Zg1o […]
bapak ke singapore, keren banget doa kan aqu bsa ikutan ke sana ya he-he mana buku tuk sya ha-ha
Mudah2an bapa juga bisa ke sana
kula rek nyieun program Perpustakaan Terapung diseluruh pesisir Jawa Barat jeung Babel. ambeh rakyat endonesa teu eleh budaya baca-na ku Negeri Singa. du’akeun nya Lur…
Sip Bang Aswadi, ajak2 saya nanti ya
Wah, pngen kesana… mirip2 di US ya mas…buku murah2… bagus2 lagi…
Kapan negara kita bisa begitu?
Kapan ya? Ini juga jadi pertanyaan saya 😦
Wah, murah betul!
Pinginlah bawa oleh-oleh buku dari sana, hehe,,
salam kenal pak! ^__^
Iya mas murah2, bukunya bagus2 pula. Salam kenal juga, trims sudah mampir.
Ah, sudah lama saya tidak hunting buku2 lagi…
Sedang sedang asyik mengasuh anak ya mas
Wow, jadi ingin ke Bras Basah, buku-bukunya bikin kalap 🙂
Terima kasih sudah berbagi tempat menarik.
Sama-sama Mbak Indah, semoga bermanfaat.
Wah, kau malah sudah menjelajahi Palasarinya Singapura. Sementara aku, ke Palasari di Bandung aja belum pernah. Padahal Palasari tuh dah terkenal banget 🙂
Ayo Kang ke Palasari Bandung saja dulu 🙂
Selalu aja ada anggapan bahwa orang di luar negeri orang yang rajin baca, so untuk di Indonesia sendiri kayaknya kurang ya bursa buku seperti ini.
Eh buku2 bekasnya itu masih2 baru2, apa karena org2 luar negeri rajin ngerawat buku atau mereka ketika udah membaca, menjual dan mencari buku baru lagi ya?
Nanti kalo ada kesempatan ke luar negeri musti ke sana deh 🙂
Untuk minat baca mungkin belum tentu juga ya orang Indonesia tidak sebaik mereka, ketersediaan infrastruktur yang minim dan kebijakan yang belum mendukung bisa jadi penyebab semua ini.
Kalau lagi di LN, senang sekali jalan-jalan ke toko buku.
Masalahnya kita sering bingung untuk bawa pulangnya, jadi terpaksa memilih…
rasanya tak puas deh mengunjungi toko buku yang lengkap ini.
itulah memang bu salah satu problemnya, membeli buku banyak ingin tapi bawanya nanti bagaimana?
pengen k singapur,tp apa daya, tabungan blm mencukupi, hehehe. klo d jogja yg terkenal di shoping centre sonoh, tp skrg bukune larang2 harganya
Di Indonesia pun banyak bursa2 buku, saya malah belum pernah mencoba yang ada di Jogja
keren banget, mas indra. makin terbukti kalau budaya literasi di negeri kita kalah jauh jika dibandingkan dengan singapura. buku2 yang di loakan sampai ancur karena ndak ada yang melirik kali, mas.
Iya Pak Sawali, di sana meskipun banyak buku bekas tapi kualitasnya masih bagus.
Melihat gambar yang pertama itu, rasanya mirip dengan kampus UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana) Yogyakarta.
Ohh begitu, apa karena warna catnya mirip?
Memang tempat ini (dan public library) merupakan tempat yang hampir selalu saya kunjungi jika ke Singapura
Trims untuk Pa Budi yang sudah mengenalkan tempat semacam ini kepada saya.
Wah rupanya ada ada toko buku juga ya disana.. Saya ke Singapore gak sempat ketempat ginian.. paling cuma ke Clementy..People park atau ke kantor boss Henderson Road.. dan.. Kelang Road..dah pernahkah mampir ke kelang road..hehehe
menurut saya, sebagian besar publisher buku di Indonesia sepertinya masih semata-mata berorientasi pada profit. hanya sebagian saja yang komit terhadap pembelajaran sastra dunia.
paling hanya Bentang yang berani menerbitkan buku2 warisan sastra.. 😀
wah kayanya keren banget tuh mas tempatnya? bisa bikin betah muter2 … smoga kalo suatu hari saya ke SG saya pasti mampir, ada toko musik nya pula ya? mantep …
nice info
salam kenal ya ..
kapan ya bisa kesana…:)
mas aq bisa minta data kyk jumlah penjual trus klo ada denahnya gt buat tugas akhir soalx heheh
oh ya salam kenal